Home »
» Dibalik Nama Az-zamzamy Tersirat Kisah Ibrahim dan Ismail
8:11 AM
|
Terik panas itu menyengat. Butiran pasir berterbangan. Dua pasangan
kekasih disertai seorang bayi sedang berjalan. Keravan mengusung penumpang yang
tak banyak. Barang-barang diletakkan di atas punggung keledai, kuda dan mungkin
unta. Berbaris dengan berurutan mereka mencari tempat berkemah. Ibrahim bersama
Hajar menemukan sebuah tempat yang dianggap layak. Hajar dan Ismail ditaruh di
bawah pohon. Pesangon yang diberikan hanya tas air dan tas kulit berisi kurma.
Tempat itu dikenal sebagai lembah Bakka, yang kelak popular dengan nama Mekah. Setelah
melihat itu Hajar merasa gelisah. Ruang tempat tinggal begitu mengkawatirkan. Badai,
terik dan takada sumber air. Bagai mana mungkin tinggal di tempat seperti ini?
Apa yang akan terjadi memelihara anak di bawah ancaman situasi alam yang mengerikan?
Terlebih, Ibrahim tanpa diskusi segera meninggalkan keduanya. Hajar resah, kecewa
dan bingung. Dititipkan Ismail di bawah pohon rindang. Siti Hajar mengejar
Ibrahim yang meninggalkan begitu saja mereka berdua. Ibrahim kemudian diburu
pertanyaan oleh siti Hajar. Hajar bertanya lugas dan terang-terangan pada
Ibrahim: “ Wahai Ibrahim, engkau akan pergi kemana? Akapakah engkau meninggalkan
kami di lembah ini, dimana tidak ada seorangpun teman atau apapun juga? Ibrahim
tetap bergeming dan tetap saja tidak menjawab kilasan pertanyaan tajam itu.
Siti Hajar meninggikan suaranya dan bertanya dengan sedikit lantang, “ Apakah
Allah memerintahkanmu berbuat demikian? Pertanyaan terang-terangan itu membuat
Ibrahim menengok kearah Hajar. Ibrahim menjawab dengan keyakinan penuh, “ Aku
menitipkan mu kepada perlindungan Allah”. Jawaban itu meyakinkan Hajar. Dirinya
terdiam patuh dan hatinya yang padat oleh rasa keimanan mulai yakin dengan
jawaban itu. Hajar dengan lugas dan pasti menjawab ‘ Aku ridha bersama Allah’. Seakan
menunjukan atas kesetiaan iman maka hajar memilih untuk bersikap pasrah. Walau
cuaca dan kondisi alam yang mengelilingi amat mengkawatirkan. Tapi Hajar tahu
Allah bersamanya.
Tangis Ismail pecah. Bayi Ismail Haus. Suaranya membuat Siti
Hajar terkejut dan kebingungan. Ditongoknya kekanan-kiri tak ada sumber air
satupun. Terik panas menyengat melelehkan pasir. Kantung isi kurma sudah
terkuras habis. Tas air juga sudah kering. Hajar kini berharap akan ada rombongan
Khalifah lewat. Tapi kesunyian padang pasir hanya menjeritkan kekosonga. Suara tagis
Ismail seperti menyeret Siti Hajar untuk menyusuri bukit. Hajar mencari
pertolongan. Semula dipanjatnya bukit yang kelak dinamai Safa. Disapunya pandaangan
dari bukit untuk melihat ada-tidak Kholifah yang lewat. Ismail ditinggal
sendiri di bawah pohon. Hasinya nihil: tak ada Khalifah yang lewat sekaligus
tidak menemukan sumber mata air. Kembali Siti Hajar untuk mendekat kepada
sumber suara tangisan dan jerita bayi yaitu Ismail. Jerit itu masih menggema
menyeret Siti Hajar menyusuri lembah. Entah bagaimana Hajar masih mampu
melangkah ke marwa, 450 meter dari safa. Bukit itu juga sunyi. Tak ada sumber
mata air dan tak ada satupun rombogan Khalifah yang lewat.Hajar kembali
mendekat ke Ismail. Kini dengan energi yang tersisa Hajar kembali lagi ke safa.
Lalu ke Marwa. Dan bolak-balik dari bukit ke bukit selama tujuh kali. Sebuah tindakan
yang berani, nikad dan cerminan kasih sayang. Hajar lagi-lagi membuktikan kekuatan
bajik seorang ibu. Hajar sekali lagi memastikan bagaimana ketegaran sosok
seorang perempuan. Kini untuk ketujuh kalinya Hajar berdiri di atas bukit
Marwa. Dalam Hadits Bukhori dikisahkan malaikat berdiri hingga terlihat dalam
pandangan Hajar. Sapuan pandangannya membawa rasa gembira dan berteriaklah
Hajar:” Wahai ( siapapun engkau)! Engkau
telah membuatku mendengarkan suaramu, pakah engkau memiliki sesuatu yang dapat
membantuku? Pertayaan itu tidak dijawab. Hajar melihat malaikat itu berdiri di samping
bayi Ismail.Tumit malaikat itu menyipak tanah di dekat kaki ismail. Air
memancar kesegala arah yang hingga saat ini kita kenal dengan sebutan air
zam-zam. Air Zam-zam bukan bukan muncul dari teknologi maju. Air itu tidak
didapat dari penyulingan perkebunan. Air itu terbit sebagai jawaban ikhtiar
menakjubkan seorang ibu. Penjuanagan inilah yang melatar belakangi mengapa
lembaga kami diberi nama Az-zamzamy. Segera hajar menuruni marwah dan
mulai berlutut menggaruk dasar lumpur untuk membuat cekungan. Alirannya kemudian
diwadahi di dalam kantong air. Berlahan-lahar hajar minum dan air susunya mulai
pulih kembali. Kini Hajar menatap takjup malaikat. Hadits Bukhari merekam
peristiwa yang kelak dijadikan warisan ibadah Haji. Ismail mulai tumbuh dewasa
entah ada apa gerangan Ibrahin igin berjumpa dengan Siti Hajar dan juga buah
hatinya yaitu Ismail yang ditinggalkannya di gurun pasir yang sulit bersahabat
dengan awan.
Ibrahim hendak mengobati kerinduannya pada ismail di bawah
kafilah untuk menuju tempat dimana dulu Hajar dan Ismail ditinggalkan. Ismail
yang kini tumbuh di bawah asuhan tunggal hajar. Walau tak pernah berjumpa Tapi
Hajar selalu mengisahkan pada Ismail tentang ayah kandungnya. Kini kisah itu
menemukan wujud utuhnya. Ismail dan Ibrahim bertemu. Kerinduan itu berpuncak
keinginan Ibrahim untuk tinggal bersama. Kebahagiaan berdiri seperti tiang yang
memayungi rumah. Ibrahaim dan Hajar bahagia dapat besama ismail tapi mimpi
mulai menyelinap dalam tidur Ibrahim. Bukan sembarangan mimpi tapi seperti
sebuah nubuah yang mesti dilaksanankan. Dalam mimpi tersebut terdapat pesan
bahwa Islamil hendak disembelih. Seorang ayah yang baru memuaskan kerinduan
pada anaknya lalu muncul tiba-tiba unuk menyembelih.Ibrahm memberi tauladan
bagai mana seorang ayah yang baik. Walau perintah tersebut diyakini merupakan
perintah Tuhan , tapi Ibrahim tetap meminta pendapat putranya. Diskusi diantara
merika memang tidak diungkap secara detail, tetapi yang kemudian kita tahu
ismail memenuhi kehendak imimpi itu. Godaan muncul ketika mereka berdua hendak
mematuhi perintah. Tapi kepatuhan Ibrahim dan kerelaan Ismail menggugurkan
semua godaan. Ibrahin lagi-lagi mengajarkan kesanggupan seseorang berdiri di
atas landasan pengurbanan. Saat Pisau mulai mendekati urat leher Ismail Tuhan
behendak laik yaitu mengantiakn posisi Imai dengan Domba yang telah Allah Kirim
dari surge. Allahu Akba, Allahu Akbar, Wa Lillahi-Hamd.
Kekuatan seseorang beriman tampil disisni, yakni melepas
belenggu kepentingan diri lalu mencebur dalam kekuatan pengurbanan. Jiwa-jiwa
seperti ini tak akan hadir selama kepentingan egois mengurungnya dan keangkuan
diri jadi lambing identitasnya. Wiliam James mengamati situas ini dengan menilik
perbedaan nyata antara mereka yang berani berkurban dengan mereka yang enggan
untuk mengambil langkah apapun. Muda-mudahan Az-zamzamy merupakan bagian yang memiliki
jiwa semangat berkorban. Amin.
‘Ada yang harus melakukannya, tetapi mengapa harus saya? Adalah
pertanyaan yang sering dilontarkan oleh orang-orang berjiwa lemah. ‘ ada yang
harus melakukannya, mengapa bukan saya? Dalah seruan orang yang
bersungguh-sungguh melayani sesame, yakni penuh semangat menyongsong tugas-ugas
beresiko. Di antara dua kalimat ini terdapat sebuah evolusi moral yang
berlangsung selama ber aba-abad’
Muda-mudahan Az-zamzamy selalu dapat mengaktualisasikan semangat
perjuangan, ketanguhan serta kepasrahan
kisah keluara Ibrahim yang telah diabadikan dan direkam dalam Kalamullah
hingga saat ini.
|
0 comments:
Post a Comment