Thursday, August 31, 2017

Dibalik Nama Az-zamzamy Tersirat Kisah Ibrahim dan Ismail

Terik panas itu menyengat. Butiran pasir berterbangan. Dua pasangan kekasih disertai seorang bayi sedang berjalan. Keravan mengusung penumpang yang tak banyak. Barang-barang diletakkan di atas punggung keledai, kuda dan mungkin unta. Berbaris dengan berurutan mereka mencari tempat berkemah. Ibrahim bersama Hajar menemukan sebuah tempat yang dianggap layak. Hajar dan Ismail ditaruh di bawah pohon. Pesangon yang diberikan hanya tas air dan tas kulit berisi kurma. Tempat itu dikenal sebagai lembah Bakka, yang kelak popular dengan nama Mekah. Setelah melihat itu Hajar merasa gelisah. Ruang  tempat tinggal begitu mengkawatirkan. Badai, terik dan takada sumber air. Bagai mana mungkin tinggal di tempat seperti ini? Apa yang akan terjadi memelihara anak di bawah  ancaman situasi alam yang mengerikan? Terlebih, Ibrahim tanpa diskusi segera meninggalkan keduanya. Hajar resah, kecewa dan bingung. Dititipkan Ismail di bawah pohon rindang. Siti Hajar mengejar Ibrahim yang meninggalkan begitu saja mereka berdua. Ibrahim kemudian diburu pertanyaan oleh siti Hajar. Hajar bertanya lugas dan terang-terangan pada Ibrahim: “ Wahai Ibrahim, engkau akan pergi kemana? Akapakah engkau meninggalkan kami di lembah ini, dimana tidak ada seorangpun teman atau apapun juga? Ibrahim tetap bergeming dan tetap saja tidak menjawab kilasan pertanyaan tajam itu. Siti Hajar meninggikan suaranya dan bertanya dengan sedikit lantang, “ Apakah Allah memerintahkanmu berbuat demikian? Pertanyaan terang-terangan itu membuat Ibrahim menengok kearah Hajar. Ibrahim menjawab dengan keyakinan penuh, “ Aku menitipkan mu kepada perlindungan Allah”. Jawaban itu meyakinkan Hajar. Dirinya terdiam patuh dan hatinya yang padat oleh rasa keimanan mulai yakin dengan jawaban itu. Hajar dengan lugas dan pasti menjawab ‘ Aku ridha bersama Allah’. Seakan menunjukan atas kesetiaan iman maka hajar memilih untuk bersikap pasrah. Walau cuaca dan kondisi alam yang mengelilingi amat mengkawatirkan. Tapi Hajar tahu Allah bersamanya.
Tangis Ismail pecah. Bayi Ismail Haus. Suaranya membuat Siti Hajar terkejut dan kebingungan. Ditongoknya kekanan-kiri tak ada sumber air satupun. Terik panas menyengat melelehkan pasir. Kantung isi kurma sudah terkuras habis. Tas air juga sudah kering. Hajar kini berharap akan ada rombongan Khalifah lewat. Tapi kesunyian padang pasir hanya menjeritkan kekosonga. Suara tagis Ismail seperti menyeret Siti Hajar untuk menyusuri bukit. Hajar mencari pertolongan. Semula dipanjatnya bukit yang kelak dinamai Safa. Disapunya pandaangan dari bukit untuk melihat ada-tidak Kholifah yang lewat. Ismail ditinggal sendiri di bawah pohon. Hasinya nihil: tak ada Khalifah yang lewat sekaligus tidak menemukan sumber mata air. Kembali Siti Hajar untuk mendekat kepada sumber suara tangisan dan jerita bayi yaitu Ismail. Jerit itu masih menggema menyeret Siti Hajar menyusuri lembah. Entah bagaimana Hajar masih mampu melangkah ke marwa, 450 meter dari safa. Bukit itu juga sunyi. Tak ada sumber mata air dan tak ada satupun rombogan Khalifah yang lewat.Hajar kembali mendekat ke Ismail. Kini dengan energi yang tersisa Hajar kembali lagi ke safa. Lalu ke Marwa. Dan bolak-balik dari bukit ke bukit selama tujuh kali. Sebuah tindakan yang berani, nikad dan cerminan kasih sayang. Hajar lagi-lagi membuktikan kekuatan bajik seorang ibu. Hajar sekali lagi memastikan bagaimana ketegaran sosok seorang perempuan. Kini untuk ketujuh kalinya Hajar berdiri di atas bukit Marwa. Dalam Hadits Bukhori dikisahkan malaikat berdiri hingga terlihat dalam pandangan Hajar. Sapuan pandangannya membawa rasa gembira dan berteriaklah Hajar:”  Wahai ( siapapun engkau)! Engkau telah membuatku mendengarkan suaramu, pakah engkau memiliki sesuatu yang dapat membantuku? Pertayaan itu tidak dijawab. Hajar melihat malaikat itu berdiri di samping bayi Ismail.Tumit malaikat itu menyipak tanah di dekat kaki ismail. Air memancar kesegala arah yang hingga saat ini kita kenal dengan sebutan air zam-zam. Air Zam-zam bukan bukan muncul dari teknologi maju. Air itu tidak didapat dari penyulingan perkebunan. Air itu terbit sebagai jawaban ikhtiar menakjubkan seorang ibu. Penjuanagan inilah yang melatar belakangi mengapa lembaga kami diberi nama Az-zamzamy. Segera hajar menuruni marwah dan mulai berlutut menggaruk dasar lumpur untuk membuat cekungan. Alirannya kemudian diwadahi di dalam kantong air. Berlahan-lahar hajar minum dan air susunya mulai pulih kembali. Kini Hajar menatap takjup malaikat. Hadits Bukhari merekam peristiwa yang kelak dijadikan warisan ibadah Haji. Ismail mulai tumbuh dewasa entah ada apa gerangan Ibrahin igin berjumpa dengan Siti Hajar dan juga buah hatinya yaitu Ismail yang ditinggalkannya di gurun pasir yang sulit bersahabat dengan awan.
Ibrahim hendak mengobati kerinduannya pada ismail di bawah kafilah untuk menuju tempat dimana dulu Hajar dan Ismail ditinggalkan. Ismail yang kini tumbuh di bawah asuhan tunggal hajar. Walau tak pernah berjumpa Tapi Hajar selalu mengisahkan pada Ismail tentang ayah kandungnya. Kini kisah itu menemukan wujud utuhnya. Ismail dan Ibrahim bertemu. Kerinduan itu berpuncak keinginan Ibrahim untuk tinggal bersama. Kebahagiaan berdiri seperti tiang yang memayungi rumah. Ibrahaim dan Hajar bahagia dapat besama ismail tapi mimpi mulai menyelinap dalam tidur Ibrahim. Bukan sembarangan mimpi tapi seperti sebuah nubuah yang mesti dilaksanankan. Dalam mimpi tersebut terdapat pesan bahwa Islamil hendak disembelih. Seorang ayah yang baru memuaskan kerinduan pada anaknya lalu muncul tiba-tiba unuk menyembelih.Ibrahm memberi tauladan bagai mana seorang ayah yang baik. Walau perintah tersebut diyakini merupakan perintah Tuhan , tapi Ibrahim tetap meminta pendapat putranya. Diskusi diantara merika memang tidak diungkap secara detail, tetapi yang kemudian kita tahu ismail memenuhi kehendak imimpi itu. Godaan muncul ketika mereka berdua hendak mematuhi perintah. Tapi kepatuhan Ibrahim dan kerelaan Ismail menggugurkan semua godaan. Ibrahin lagi-lagi mengajarkan kesanggupan seseorang berdiri di atas landasan pengurbanan. Saat Pisau mulai mendekati urat leher Ismail Tuhan behendak laik yaitu mengantiakn posisi Imai dengan Domba yang telah Allah Kirim dari surge. Allahu Akba, Allahu Akbar, Wa Lillahi-Hamd.
Kekuatan seseorang beriman tampil disisni, yakni melepas belenggu kepentingan diri lalu mencebur dalam kekuatan pengurbanan. Jiwa-jiwa seperti ini tak akan hadir selama kepentingan egois mengurungnya dan keangkuan diri jadi lambing identitasnya. Wiliam James mengamati situas ini dengan menilik perbedaan nyata antara mereka yang berani berkurban dengan mereka yang enggan untuk mengambil langkah apapun. Muda-mudahan Az-zamzamy merupakan bagian yang memiliki jiwa semangat berkorban. Amin.
‘Ada yang harus melakukannya, tetapi mengapa harus saya? Adalah pertanyaan yang sering dilontarkan oleh orang-orang berjiwa lemah. ‘ ada yang harus melakukannya, mengapa bukan saya? Dalah seruan orang yang bersungguh-sungguh melayani sesame, yakni penuh semangat menyongsong tugas-ugas beresiko. Di antara dua kalimat ini terdapat sebuah evolusi moral yang berlangsung selama ber aba-abad’
Muda-mudahan Az-zamzamy selalu dapat mengaktualisasikan semangat perjuangan, ketanguhan serta kepasrahan  kisah keluara Ibrahim yang telah diabadikan dan direkam dalam Kalamullah hingga saat ini.

0 comments:

Post a Comment